Cahaya di Atas Cahaya
Suara hati tak lagi bermakna dan terdengar
Hiruk pikuk ambisi kalahkan nurani
Kesombongan menjadi dewa mereka
Berdiri di kegelapan tanpa dasar,
tanpa ditemani lilin kebenaran
Kerinduan membuncah rasakan hangatnya senyuman,
tetapi api kekecewaan padamkan semua angan
Seperti hujan ditengah kemarau panjang,
yang dinantikan setiap hembusan napas ini
Antara ada dan tiada tak pernah terjawab
Antara cinta dan benci tak terjamahkan
Sekali lagi ungu menundukkan kepalanya ke lily itu,
Sekali lagi mawar itu mengoyak mati gaunnya sendiri
Sekali lagi hal itu terjadi dalam tidurku
Untuk melihat wajahmu dalam kerumunan orang lain,
atau sendirian di jalan menakutkan...
Terpekur dukaku di tanah-Mu
melebur tangisku di air-Mu
menanti cahaya di atas cahaya, angkat wajahku
lumuri dahagaku dengan kasih-Mu
Janji-Mu dekap lelahku
Hadir-Mu tepis amarahku
Hingga aku sadar...
Setiap bentuk yang aku ketahui,
mempunyai mata air tetap di alam tak bertempat
Tiada mengapa apabila bentuk musnah, karena aslinya akan kekal
Setiap wajah indah yang aku ketahui,
dan semua perkataan penuh makna yang pernah aku dengar
Tak perlu bersedih apabila semua itu hilang,
karena sesungguhnya tidaklah begitu
Komentar
Posting Komentar