Tangisan Yuyun


Tangis Yuyun Kepada Ibunya

Tangis Yuyun Kepada Ibunya

Ibu, sempat terdengarkah suaraku?
Kupanggil berkali-kali namamu
Saat belasan orang memperkosaku
yang ingin kulihat hanya wajahmu

"Ibu, tolong aku.."
"Ibuuuuuuu, ibuuuuuuu...."
Kuteriakkan lagi dan lagi
Saat aku takut
Saat aku sakit
Saat aku menjerit
Saat aku menangis sejadi-jadinya

Siang itu
2 April hari sabtu
Dari sekolah kubawa bendera
Tugasku mencucinya di rumah
Untuk hari senin upacara


Tiada istimewa
Kulewati kebun karet biasa
aku pulang sendiri
berjalan kaki
Seperti saban hari

Sambil berjalan selalu
Kubayangkan cita-citaku
menjadi guru
14 tahun sudah usiaku
Kuingin sekali membuatmu bangga ibu

Di dahan pohon itu
Kulihat seekor burung berkicau selalu
Tak pernah kulihat sebelumnya
Kicauannya kudengar tiada pernah

Aku terdiam berhenti
Menyimaknya dengan teliti
Entah mengapa
Hatiku tiba tiba hampa
Seperti luka
Yang menganga

Aku terus saja berjalan
Kujumpa remaja bergerombol belasan
Kukenali yang ini dan itu
Mereka kakak kelasku

Tapi aku mulai was-was
Karena mereka bau minum keras
Mata mereka ganas
Menjelma menjadi harimau buas

Tapi ibu
Cepat sekali mereka menerkamku
Dengan paksa ingin menciumku
Astaga, mereka merobek bajuku

Aku takut, ibu
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras

Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku

Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri

Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn...
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali- kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa

Ibu, tak kuduga aku mati muda
kini aku di alam berbeda
Kulihat jazadku merana
Mereka tutupi dengan daun
Seolah tanaman yang rimbun

Burung yang aku lihat di kebun karet itu
Kulihat lagi di alamku yang baru
Ia terus berkicau
Kini bisa kulihat suaranya
Di hati banyak orang bergema
Membangunkan nurani sebuah negeri

Kulihat para sahabat di banyak tempat
Menyalakan lilin untukku
Agar tiada lagi kekerasan
Bagi perempuan
Bagi bocah ingusan

Ibu, burung itu berbisik teduh
Ia berkata padaku
Jangan lagi aku bersedih
Kematianku tidak sia-sia
para pejuang di seluruh negeri
Menjadikan deritaku
Sebagai derita mereka

Aku menangis ibu
Terharu
Kukatakan pada burung itu
Jangan lagi ada seperti aku

Jakarta, Mei 2016, By Denny JA

Nyala Untuk Yuyun

Tragedi Yuyun adalah puncak gunung es kasus
Anak itu jadi korban kekerasan seksual yang mengenaskan
Banyak kasus serupa yang tak terlaporkan luput dari amatan
Yuyun juga bukan satu-satunya pihak korban
Tanpa mengecilkan kebejatan dan kebiadaban
Para pelaku pun sesungguhnya juga korban
Mereka korban lingkaran setan
Terjerat kriminalitas terbelenggu rantai kemiskinan

Pada kasus di Bengkulu yang begitu menghentak
Semua pelaku adalah remaja yang habiskan waktu dengan arak
Anak-anak putus sekolah yang kehilangan akal sehat
Melampiaskan energinya dengan berbuat jahat
Kondisi orang tua dan lingkungan setempat tak kalah kusut
Terimpit beban hidup yang silang sengkarut
Ditambah pengabaian dan pembiaran elit
Kompleksitas persoalan menjadi begitu komplit

Kasus Yuyun makin nyalakan sinyal bahaya yang bikin miris
Remaja putri dibayangi kekerasan seksual teramat sadis
Trauma seumur hidup atau berujung kematian tragis
Remaja putra diintai bahaya pornografi dan miras sarat mudarat
Membuat mereka mati nalar jadi nekat berbuat jahat dan bejat

Sinyal bahaya itu harus kita seriusi dengan segala perhatian
Hukum pelaku dengan sanksi berat yang cerminkan keadilan
Perkuat ketahanan keluarga sebagai penjaga kebaikan
Perbanyak aktivitas pendidikan keremajaan
Hindari cara pandang misoginis yang puritan
Tingkatkan kepekaan atas potensi kekerasan anak dan perempuan

Selama ini kaum perempuan diposisikan sebagai biang masalah
Perempuan korban kekerasan seksual justru dituding salah
Upaya pencegahan hanya fokus pada satu sisi berat sebelah
Berkutat pada perempuan dilarang mengundang nafsu pria
Ini seperti penggembala yang diminta
Agar dombanya jangan menggoda serigala

Padahal dalam kasus Yuyun yang begitu pilu
Korban sama sekali tak hendak mengundang nafsu
Mempersoalkan baju yang ia pakai sungguh amat keliru
Ia dalam perjalanan pulang dari kegiatan mulia mencari ilmu
Rute yang ditempuh pun sudah biasa dia tahu
Ia bukan penyebab tragedi seperti yang dituduhkan itu

Maka belajar dari kasus ini
Ada cara lebih adil untuk menekan risiko terjadi
Yaitu dengan massif menanamkan kesadaran diri
Bahwa kapan dan dimana pun anak dan perempuan wajib dilindungi
Juga perlu dicari apa penyebab nafsu syahwat tak terkendali
Hingga hilang kewarasan berbuat keji tak manusiawi
Bila ternyata pemicunya adalah miras dan pornografi
Penyalahgunaan dua hal itu harus pula dibasmi

Kasus ini sungguh menampar kita semua
Menyadarkan betapa tugas memanusiakan manusia
Menjadi semakin tak sederhana

Yuyun sayang
Kamu telah berpulang
Kembali kepadaNya dalam dekapan kasih sayang

Kematianmu tak boleh sia-sia
Kita di sini akan terus berjaga
Lentera perlindungan anak dan perempuan harus terus menyala

Kamis, 5 Mei 2016, Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama)

"Kisah ini begitu miris, begitu mengikis hati, begitu meluapkan emosi. Setan ada di hati setiap manusia. Jangan sampai kejadian ini menimpa ibu kita, saudara perempuan kita, anak perempuan kita, adik perempuan kita, kakak perempuan kita. Lindungi perempuan dengan segera mengesahkan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual. Setidaknya hukuman mati atau kebiri bisa menekan angka pemerkosaan, dengan membuat jera pelakunya atau yang ingin berniat melakukan (Dinda)."

Komentar