Republik Hoax
Jangan protes, jangan kritik, jangan bertanya, sebab engkau akan dikira merencana makar. Terima saja semuanya, sebab bila tidak maka engkau dianggap berbahaya.
Disana penguasa serba benar dan rakyatnya pasti salah. Cabai naik salahnya rakyat, kenapa tak menanam sendiri. Bahan bakar naik, maka jangan dipakai itu solusinya
Di republik itu, yang menista agama melenggang saja, sementara yang tak melakukan apa-apa tiba-tiba menyandang gelar tersangka. Di republik itu hukum sudah tiada.
Mereka yang teriak cinta negara, adalah yang paling banyak menjual badan usaha milik negara. Mereka yang teriak paling nasionalis, justru yang getol menjual negara.
Komunisme dibiarkan subur, memaki agama disilahkan, asal jangan mengganggu dan mengkritik penguasa. Tetapi pembawa lafadz tauhid langsung diperiksa, alasannya dia berbahaya.
Atas nama demokrasi dan stabilitas negara, ulama dikriminalisasi, para asatidz dijadikan bahan olok-olokan. Sekali bertentangan dengan penguasa, maka siap-siap saja.
Ulama dikekang ingin disertifikasi. Padahal yang mensertifikasi juga tidak bersertifikat, bahkan mungkin awam agama. Di sini negara bermimpi ingin diatas agama.
Republik hoax. Tidak lagi bertanya berita yang datang benar atau salah, asal laku dipajang lantas disebar dan diluaskan, isinya fitnah tidak peduli, asal suka-suka.
Cukup sewa buzzer di internet, maka yang benar bisa jadi salah, yang salah jadi dewa, ulama dihina dan difitnah, semuanya semu, maya dan hanya fana saja.
Jangan tanya republik hoax itu dimana, karena saya juga tak ambil pusing dengannya, ini hanya cerita saja, supaya kita mau berpikir dan tetap punya asa.
Anggap saja cerita ini gurauan dan senda gurau. Hanya ingin menyampaikan saja, belumkah cukup bagi kita semua untuk kembali pada aturan Allah semata?
Lagipula, Allah sudah janjikan pada kita yang nyata bukan hoax. Apa itu? Kebaikan dan kejayaan dunia, serta ampunan dan rahmat saat berjumpa dengan-Nya.
(Ustadz Felix Siauw)
Komentar
Posting Komentar