Sekarat
Aku berharap mentari tersenyum menyapaku
Membawa kabar baik tentangmu di sana
Obati resah jiwaku sejak semalam
Saat mentari tersenyum bersinar
Aku berharap telaga hatimu tak akan pernah mengering
Basuhi gundah yang tak jua sirna
Memikirkan yang terkasih untuk sebentuk harap dan rasa
Pernahkah engkau tahu apa yang saat ini kurasakan?
Ada sesuatu yang tak biasa dalam diri ini
Kehadiranmu basuhi relung jiwaku yang lusuh melepuh
Denyutkan kembali irama nadiku yang telah biru membeku
Engkau bintang kecilku
Yang gemerlapi gelapnya malam langit hidupku
Tetaplah bermain di taman hatiku,
hingga jiwa yang gundah ini merasa tentram
Diri ini teramat rapuh tanpa hadirmu
Mengapa getaran rasa begitu dalam?
Membuat hati sakit tertorehnya
Mengapa jiwa ini teramat rapuh?
Membuat rindu selalu datang menggoda rasa
Lusuhan harap yang menggebu,
merintih dalam kalbu... membiru
Onggokan keinginan kusam,
menyusup dalam kelam... terdiam
Sakit yang teramat sangat
Menyesak dalam dada
Bersemayam selamanya
Mengembara dalam derita
Lukai hati meradangi kehampaan kelam
Goreskan jeritan pengharapan usang
Seribu keresahan ini telah memporak porandakan berjuta serpih perasaan
Jiwa yang rapuh tidaklah pernah akan sembuh
Walau berjuta puisi tergoreskan untukmu
Jiwa ini masih tetap saja terus meronta,
bebani rinduku yang bertambah lusuh
Mengapa rindu terus menghujam?
Siksa jiwaku menuju kedalaman kelam
Mengapa tersiksa jiwa sekarat?
Sedangkan rindu tak jua pulih dan berkarat
Hidup terasing separuh jiwa terpisah dalam dua dunia... merana
Jiwa yang sakit rapuh terluka
Sekarat jiwa sang pendamba
Teramat lelah hening terlelap memucat
Komentar
Posting Komentar