The End



Sudah 3 hari aku di kota mu. Diam-diam melihatmu dari jauh, berharap kamu melihat ke arahku, agar aku bisa menikmati senyummu dan teduh matamu.

Hari ini sebenarnya sudah kumantapkan diri, untuk menemuimu, mengutarakan semua rasaku, isi hatiku. Tetapi... saat aku membaca status WA mu, aku berpikir lagi, apakah benar jika aku datang menemuimu, apakah benar aku mengutarakan rasaku, sementara kamu dan dia akan merencanakan masa depan cinta kalian. Ah, betapa dirimu begitu puitis mengutarakan rasa cintamu padanya.

Seperti sebongkah batu menimpa kepalaku saat itu, aku tersadar. Kini aku hanya masa lalumu. Aku bukan wanitamu. Aku bukan ujung hatimu. Aku bukan orang yang kamu inginkan mendampingimu sampai ajal menjemput. Aku tidak lagi berhak atas dirimu.

Aku hanya kisah masa lalu mu 8th kemarin...

Janji sehidup semati,
janji akan selalu mencintai,
janji untuk tidak pernah melepaskan tanganku,
janji untuk selalu mendukungku,
janji... ah, ada banyak janji yang kamu ucapkan selama 8th kita bersama.

Dan kini...
Gelapku sendirian, malamku penuh pilu.
Cintaku habis dimakan sendu.
Kamu sudah menjadi miliknya.

Lalu aku bisa apa?
Kuasaku sebatas mencintai.
Lalu apa aku baik baik saja?
Ah, rasanya air mata ini ingin dibelai.

Rupanya doa tidak mampu merubah takdir.
Doaku terlalu lemah, fakir...
Payahku terlampau miris.

Wahai langit, temani aku meracau.
Menangis hingga parau.
Seperti inikah yang dinamakan patah hati?
Setengah bernafas, setengah mati...

Komentar