Bisakah Memori Otak Kita Penuh?


Bisakah Memori Otak Kita Penuh?

Memori di dalam otak kita tidak akan pernah bisa terukur nilainya. Padahal setiap hari manusia membentuk memori baru yang tentu lebih fresh. Terkadang terpikir sebuah pertanyaan, bisakah memori otak kita penuh?

Mungkin kita sering berpikir bahwa otak kita itu layaknya hard drive di mana memiliki kapasitas, dan kapasitas tersebut bisa habis. Ternyata pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah.

Seorang psikolog kognitif bernama Cowan dari University of Missouri menyatakan, bahwa dalam jangka pendek memori akan mengambil sebuah sel dan sel tersebut terpakai. Namun dalam jangka panjang, memori tersebut terkode dalam sebuah pola saraf, yang berupa saraf-saraf yang terkoneksi secara terstruktur. Otak kita mampu untuk membuat pola saraf ini secara tidak terbatas. Jadi secara teoritis, jumlah memori yang tersimpan dalam otak pun juga tidak terbatas.

Sebuah memori, ternyata tak selalu tersimpan dengan baik. Mereka tetap tersimpan, namun ada beberapa memori yang bersilang dengan pola jaringan lain, lalu memori tersebut membentuk pola yang setara dengan memori seekor keledai. Hal ini menunjukkan jika kita tidak seberapa bisa mengingat sebuah hal tertentu, bisa jadi otak yang memang tidak menyimpan memori tersebut dengan baik.


Hal ini cukup berbeda jika seseorang memasukkan memori yang berbeda ke otak, seperti contohnya memori jangka pendek. Hal ini dengan segera dapat membuat otak terlalu penuh dengan memori. Untuk mengingat sebuah detil kecil dari informasi, ternyata cukup sulit bagi otak, karena informasi kecil selalu diterima otak setiap detiknya. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang sering lupa nama orang yang baru dikenalnya, dan tiba-tiba nge-blank tiap akan menyampaikan sesuatu.

Orang yang mampu mengingat ingatan jangka pendek dengan sempurna sangat sedikit di dunia ini. Menurut Cowan, jika seseorang diuji untuk tiba-tiba mengingat beberapa kombinasi warna atau kata, mereka akan mengingat 3 hingga 5 warna atau kata saja. Namun jika seseorang disuruh untuk mengingat kombinasi huruf seperti CIA, FBI, atau berbagai kependekan yang umum, mereka tidak akan kesulitan meskipun jumlahnya lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa hal seperti itu sudah terpola di dalam otak kita.

Bagaimanapun otak kita tidak bisa berperilaku layaknya hard drive. Lupa terjadi, karena informasi yang lama harus berhadapan dengan informasi baru yang mungkin jauh lebih berguna. Dengan adanya lupa, itu memperlihatkan bahwa sebenarnya memori itu masih ada, namun otak kita kesulitan untuk loading secara seketika.

Komentar