Ketika Wanita Rindu Menikah...
masihkah tegar dan tenang menghadapinya?
masihkah merasa bahagia dalam menjalaninya?
Ketika wanita rindu menikah,
rindu menunggu sang pangeran hati...
Ketika wanita rindu menikah,
jantung berdebar menanti datangnya sang pendamping hati...
Dia tak berharap laki-laki yang sempurna,
namun dia merindukan laki-laki yang bisa saling menyempurnakan...
Rasa rindu dan gelisah berubah jadi bait-bait doa dan permohonan pada Yang Maha Kuasa
Cintanya hanya untuk DIA,
dia tundukkan pandangan dan jaga selalu hati dan dirinya...
Ketika wanita rindu menikah,
hanya sabar, sabar, dan sabar yang selalu ada dalam dirinya…
Karena dia yakin Tuhannya tak akan pernah mengecewakannya,
dan kapan waktu yang tepat dan terbaik baginya untuk bersama dengan imamnya...
Ini adalah ujian bagi setiap wanita, yaitu saat-saat menanti sang pendamping hati. Sejatinya ujian ini tidak hanya tentang ujian rasa yang datang mendera hati, namun juga menjadi ujian keimanan, ujian keyakinan pada Allah SWT, ujian keistiqomahan dalam ketaatan pada Allah SWT. Apakah dalam masa-masa ini ia tetap taat pada Allah SWT? Atau dalam masa-masa ini tak mampu menghadapi ujiannya, hingga akhirnya memilih jalan-jalan yang Allah SWT murkai.
Hal ini juga menjadi ujian keimanan serta akidahnya pada Allah SWT. Seberapa besar ia yakin pada ketetapan Allah SWT, seberapa besar ia yakin kalau yang Allah SWT berikan padanya, adalah hal yang terbaik baginya.
Ketika hati rindu menikah, maka berbaik sangkalah. Mungkin Allah SWT ingin kita belajar lagi, dan mempersiapkan diri untuk menjadi istri yang taat pada Allah, Rasul, dan Suami.
Ketika hati rindu menikah, maka berbaik sangkalah. Mungkin Allah SWT sedang memberimu waktu dan kesempatan, untuk meningkatkan kualitas ibadah serta hafalan quran yang tentu itu sangat bermanfaat untuk mendidik anak-anakmu kelak.
Ketika hati rindu menikah, maka berbaik sangkalah. Mungkin Allah SWT memberimu waktu serta kesempatan, untuk berbakti dan membahagiakan orang tuamu.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan), Supaya kamu jangan melampui batas tentang neraca itu” (Q.S : Ar Rahman ; 7-8)
Komentar
Posting Komentar