Heartbreaker


Heartbreaker

Suara hitam berdetak didalam hati
Dirimu masih saja berkeliaran membunuh hari
Jadilah kini aku sang pembenci

Setelah aku menyadari,
bahwa semuanya sudah menjadi tak berarti
Dirimu tega menghabisi nyawa di hati,
yang tak pernah kamu ketahui sama sekali

Perkataanmu ibarat lidah yang bercabang
Meskipun kebenaran telah kau sisipkan walaupun terasa hambar
Kamu peka, namun tak memiliki rasa
Kamu tahu, aku yang tidak tahu
Jelas terlihat bahwa akulah manusia bodoh,
yang biarkan dirimu menari-nari indah di atas kesedihanku ini

Kamu tahu...
Selalu ada rindu untukmu,
walau kamu menyimpan banyak nama
Tangisanku berderai sejuta pengharapan,
mengeja puisi hati yang temaram

Jika tak mampu maka pergilah!
Tak usah membuatku sedih atas harapan kosongmu
Entah sampai kapan dirimu seperti itu,
Selalu melambai-lambai bersama kosongnya kejujuran

Tahukah kamu?
Aku selalu menunggu sapa, senyum, dan tawamu sampai aku nyaris hilang akal
Tetapi sang mentari masih marah saat aku ingin menikmati itu sekali lagi
"Untuk apa aku berikan hal itu padamu?" ucapmu bagai pedang yang menyayat hati
Aku hanya bisa terdiam berurai air mata

Waktu terus bergulir, tak sudi bergerak mundur, atau bergerak melambat
Hangat mentari sore takkan mau mencium embun pagi
Begitu juga dirimu... takkan mau menggenggam tanganku lagi
Kamu melepaskan hatiku dari hatimu

Saat penyesalan terus mengikis tabir nostalgia yang rapuh,
hati kecilku terus berkata:

"jika dia memang milikmu, walau berada diantara dua kutub yang saling bertolak belakang, dia pasti akan kembali untuk cintamu. Tetapi sebaliknya walaupun dia sedekat nadi denganmu, jika dia bukan milikmu, maka dia akan seperti bayangan yang dekat terlihat tapi tak bisa kau genggam"

Sungguh...
Aku tak pandai merangkai aksara pilu
Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku,
walau kamu tak pernah mau tahu

Komentar