Menunggu Mati


Menunggu Mati

Kau beri nama aku Puisi
Tapi nyatanya aku tak seindah itu
Malah engkau benamkan luka di hati yang merajam kejam

Luruh lentak diam tak bertepi
Gemetar syairnya tak tuntas
Bait-baitnya tergores darah
Duduk bertepi tak tergerak

Napas tersesak sembul tersirak
Menanti persinggahan hadir dalam kata dan tanda
Diam mengandung makna

Telah kusaksikan ratusan kematian di sini
Anak kecil yang beranjak remaja mati,
pemuda dengan segudang cita-cita mati,
ibu muda yang anaknya masih bergantung air susu padanya mati,
dan aneka kematian lainnya
Apakah itu membuatku ragu akan harapanku pada kematian?
Apakah hidupku tidak lebih sakit dari pada sebuah kematian?

Catatan ini berkisah tentang hidup, rindu, cinta, dosa, dan makna yang memberi arti
Sebuah persembahan untuk yang mendamba cahaya...

Komentar

  1. Aku bernyanyi pada batu
    Aku berteriak pada batu
    Tak sedikitpun goyah
    Tak sekecilpun retak

    Kemarin adalah jejak
    Esok adalah harapan
    Tanpa jejak takkan ada harapan
    Tanpa harapan jejak akan terhenti

    Apa kabar kata?
    Apa kabar nyanyian?
    Masihkah memusuhi perbedaan?
    Satu tujuan berbeda jalan

    Diamku adalah angin yang meniup kedua matamu

    BalasHapus

Posting Komentar