Tak Berubah = Masih Sama


Tak Berubah = Masih Sama


Hai... lama aku tak menyebutmu dalam catatan kecilku. Lama pula kita tak pernah saling bertegur sapa, membuat cengkrama kecil yang menarik atau bahkan saling menertawakan. Aku hampir lupa bagaimana rasanya ada di dekatmu. Mungkin benar aku yang mencintai terlalu dalam, berusaha keluar dari kenyataan tentang kita. Semua di luar kehendakku, aku sendiri tak paham.

Apa kabar? Masih sebaik dulu kan? Semoga... Namamu masih ada dalam daftar doa yang kupanjatkan kepada Allah. Nama yang masih setia bernaung di tahtaku. Senyum lebar dan tawa kerasmu bahkan juga masih ada di sana. Lekuk wajah yang tegas, paras yang terlihat angkuh dan sok cool, serta segala tingkahmu tetap menjadi perhatian utamaku.

Kini, kamu ditakdirkan dengan seseorang yang lain. Semoga orang tersebut lebih baik dariku, lebih mudah membuat warna di kehidupanmu.

Namun kumohon, jangan pernah halangi seseorang lain untukku dengan bayangmu. Jangan berdiri di depan pintu hatiku, itu akan membuatnya kesulitan untuk masuk. Biarkan aku membuka pintu itu untuk takdirku, meskipun bukan kamu.

Hmm... walau berusaha sekuat mungkin, tetap saja aku gagal mengusir bayangmu.

Seribu kali aku memaksa rindu itu pergi sekarang juga, ia malah semakin menyesak di hatiku. Rindu yang datang mengatas namakan namamu tentunya. Lalu aku harus apa? Membiarkan rindu itu menggerogotiku dalam luka kah?

Aku tak pernah menyesal untuk sebuah rasa yang kupendam sendirian. Nyatanya aku terbiasa mengobati lukaku sendiri...

Komentar