Sejengkal Tanah Menanti Kita
Kita berjalan dengan angkuh, hingga lupa tanah mencarut
Kita lupa sembahyang, kita lupa beriman
Iman di dada setipis kulit bawang
Hilang di bawa angin dunia fana
Hari ini kita tertawa, menghirup nafas dengan congkak
Lupa di mana kita berlindung, lupa di mana kita kembali
Hari ini kita memakai sutra, bisa jadi esok kita memakai kafan
Hari ini kita tidur di ruang mewah, bisa jadi esok kita tidur di liang lahat
Hari ini kita bergelimang kemewahan, mungkin esok kita bergelimang siksa
Hari ini kita tersenyum, mungkin esok di kubur kita meraung
Hari ini kita berteman sahabat, saat di kubur kita berteman ulat
Hari ini rupa kita mulia, esok di kubur kita hancur, hilang tanpa sisa
Amalan apa yang akan menjamin kita merengkuh surganya?
Harta dan kenikmatan dunia?
Tidak, semuanya lenyap
Tinggallah kebenaran
Tidak takutkah engkau akan mati? yang akan datang dalam pucat
Kaku tanpa sentuh, meninggalkan jasad fana
Hening membiru di liang kubur
Kita mati meninggalkan hitam putih dunia
Yang kita genggam hanya asa jika tak beramal
Bahkan jasad tubuh tercinta tertinggal di hitam bumi
Tak sebutir nikmat kita bawa, tak secuil emas berlian kita rengkuh
Hanya iman di dada, hanya islam di hati...
Kematian sesuatu hal yang kuharapkan tapi kutakut ketika suara sangkakala berbunyi
BalasHapusBukanlah noda hitam di lembaran hidupku tapi setiap lembar berwarna hitam
Hanya seutas rambut antara baik dan buruk
Sejengkal tanah pengingat waktu
Waktu untuk mengumpulkan jawaban disaat tanggung jawab dipertanyakan
Untuk jiwa yang kita pinjam
Untuk raga yang kita sewa