Pamit Tanpa Suara
Sinar lampu hijau redup jadi teman setia
Saat ingatan tak lagi tajam,
gerak tak lagi lincah,
suara tak lagi lantang,
mata tak lagi berbinar,
senyum tak lagi mengembang
Apa yang terjadi gerangan?
Apakah tubuh begitu ringkih
menahan beban kehidupan yang tak pernah diundang?
Apakah otak tak mampu menstimuli rangsangan dunia
hingga tubuh perlahan melemah dan bersiap menghilang?
Entahlah...
Nyaman di kegelapan hindari sinar terang
Tenang di kesunyian hindari kebisingan dan kepadatan
Apakah ini pertanda bahwa jiwa telah siap tinggalkan raga?
Teramat lelah...
Kenangan ini memecahkan syaraf kesadaran
Terisak membisu melawan takdir
Dan pada akhirnya pamit tanpa suara
Jangan halangi,
jangan ratapi
Debu akan cepat hilang tertiup angin,
tak berbekas
Kuncup bunga baru akan tumbuh
gantikan bunga yang layu gugur
Detik-detik waktu mulai berkata
Titik demi titik cahaya kian menghilang
Angin menguraikannya ke udara
dan menghembuskannya pada sang kenangan
Aku mundur,
aku dan usiaku...
Semilir angin sampaikan padaku
BalasHapusTentang sahabat di seberang sana
Kesendirian menerbangkan harapan
Meski doa selalu dia tiupkan
Lamunan mengundang keputus asaan
Jika tanpa kalimah suci terucap
Apa yang kau pikirkan tentang kemarin
Bukankah itu menjadi cermin
Disaat kau bercermin kenangan itu tetaplah di belakangmu
Esok adalah yang terpenting karena harapan masihlah panjang terbentang
Aaahh..apalah ucapan manusia tentang usia
Hanya teori dalam ilmu dunia
Hidup dan mati di genggaman Illahi
Sang Maha Segala-Nya
Kunanti senyummu terlihat nyata
Kurindukan suaramu berbisik di sampingku
Aku hanya menemani langkahmu
...
lelah... teramat lelah... raga ini ingin bersandar
BalasHapus